Minggu, 12 Juni 2011

ANALISIS STRUKTURAL PUISI ARAB

ANALISIS STRUKTURAL SYAIR ARAB “التغـرّب

KARYA IMAM SYAFI’I


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karya sastra merupakan bagian dari kehidupan manusia yang sudah tentu mempunyai hubungan yang sangat erat dengan kehidupan. Ibu diah vitaloka dalam acara bedah buku puisi karyanya yang berjudul “Sumpah Saripah” yang diadakan di Universitas Negeri Malang (UM) mengemukakan bahwa karya sastra merupakan media yang tepat untuk menyampaikan pesan kepada khalayak masyarakat.

Ratna (2003) mengemukakan bahwa kata sastra berasal dari bahasa sansekerta yaitu “sas” yang berarti mengarahkan, memberi petunjuk atau instruksi, sedangkan “tra” berarti alat atau sarana. Dalam Bahasa Arab sastra secara etimologi disebut dengan الأدب /al-adabu/ (Bisri, 1999).

Menurut Al Hamid, dkk (1994):

الأدب هو الكلام الجميل البليغ المؤثر في النفس

Sastra adalah kalimat-kalimat yang indah dan bagus yang dapat memberi pengaruh kepada jiwa. Menurut Huda, dkk (2008) pengertian sastra selalu berubah-ubah dan berkembang karena sastra terkait dengan aspek ekspresi jiwa manusia yang selalu berkembang dari waktu ke waktu.

Secara umum karya sastra di begi menjadi dua yaitu: puisi dan prosa atau dalam bahasa Arab puisi disebut الشعر dan prosa disebut النثر . Syair adalah susunan beberapa kata yang pengucapannya teikat dengan irama dan pola. Salah satu karya sastra yang terkenal dikalangan masyarakat dan merupakan peradaban yang tertua adalah puisi (syair).

Syair merupakan salah satu hasil karya bangsa arab. Orang-orang arab jahiliyah sangat senang dengan syair-syair. Bahkan sampai syair-syair yang dibuat akan digantung di Kabah yang biasa disebut dengan Muallaqat. Jadi, puisi atau syair sudah ada sejak zaman sebelum islam.

Analisis yang bisa digunakan untuk mengenalisis karya sastra adalah analisis struktural. Analisis struktural adalah salah satu pendekatan kesustraan yang menekankan pada kajian hubungan antar unsur pembangun karya yang bersangkutan (Nurgiantoro dalam Nova, 2008).

Analisis struktur syair adalah analisis syair kedalam unsur-unsurnya. Analisis struktur dalam puisi adalah merupakan analisis unsur instrinsik. Dalam makalah ini penulis akan mencoba untuk menganalisis puisi yang berjudul التغـرّب karya Imam Syafi’i. Dan analisis ini akan berkisar pada struktur puisi ini sendiri.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah Arti Puisi التغـرّب ?

2. Bagaimanakah struktur puisi التغـرّب dari segi bunyi dan diksi?

3. Bagaimanakah Gaya Gaya Bahasa dalam Puisi التغـرّب?

4. Bagaimanakah Interpretasi dari Puisi التغـرّب?

C. Tujuan penulisan

1. Mengetahui Arti Puisi التغـرّب.

2. Mengetahui struktur Puisi التغـرّب dari Segi Bunyi dan Diksi.

3. Mengetahui Gaya Bahasa dalam Puisi التغـرّب.

4. Mengetahui Interpretasi dari Puisi التغـرّب.

II. PEMBAHASAN

A. Arti Puisi التغـرّب.

Sebelum menganalisis puisi التغـرّب karya Imam Syafi’i perlu rasanya untuk mengetahui makna puisi ini dalam bahasa indonesia.

التغـرّب

(للإمام الشافعي)

مِنْ رَاحَةٍ فَدَعِ الأَوْطَانَ وَاغْتَرِبِ

#

مَا فيِ المُقَامِ لِذِيْ عَقْلٍ وَذِيْ أَدَبٍ

وَانْصَبْ فَإِنَّ لَذِيْذَ العَيْشِ فيِ النَصَبِ

#

سَافِرْ تَجِدْ عِوَضًا عَمَّنْ تُفَارِقُهُ

انْ سَالَ طَابَ وَإِنْ لَمْ يَجْرِ لَمْ يَطِبِ

#

إِنِّيْ رَأَيْتُ وُقُوْفَ المَاءِ يُفْسِدُهُ

وَالسَهْمُ لَوْلاَ فِرَاقُ القَوْسِ لَمْ يُصِبِ

#

وَالأُسْدُ لَوْلاَ فِرَاقُ الغَابِ مَاافْتَرَسَتْ

لَمَلَّهَا النَاسُ مِنْ عُجْمٍ وَمِنْ عَرَبِ

#

وَالشَمْسُ لَوْ وَقَفَتْ فيِ الفُلْكِ دَايِمَةً

وَالعُوْدُ فِي أَرْضِهِ نَوْعٌ مِنَ الحَطَبِ

#

وَالتِبْرُ كَالتُرْبِ مُلْقًى فيِ أَمَاكِنِهِ

Merantau

Karya Imam Assyafi’iy

(1)

Tidaklah orang yang mempunyai akal dan berpendidikan diam hanya di satu tempat

Maka tinggalkanlah tanah airmu dan merantaulah !

(2)

Bepergianlah, niscaya engkau akan mendapatkan ganti dari apa yang kau tinggalkan

Bersusah payahlah, karena Sesungguhnya lezatnya hidup itu ada di dalamnya

(3)

Sungguh kulihat, Berhentinya air akan merusak air itu sendiri

Jika air mengalir maka akan lebih segar dan bening

(4)

Singa tak akan menerkam musushnya, Kalau ia tetap di sarangnya.

Dan anak panah tak mengenai sasarannya, kalau tak lepas dari busurnya

(5)

Andaikan matahari tetap saja di tempatnya

Pastilah manusia dari kalangan orang Arab maupun Ajam jemu untuk memandangnya.

(6)

Emas itu seperti tanah yang dibuang dari tempatnya

Kayu yang wangi pada hakikatnya bagian dari suatu pohon.

B. Struktur Puisi التغـرّب dari Segi Bunyi dan Diksi.

Irama terkait dengan metrum dan ritme. Ritme adalah turun naiknya suara secara teratur. Adapun metrum adalah irama yang tetap menurut pola tertentu, jumlah suku katanya, tekanannya, dan alun suara naik turunnya. Dalam bahasa Arab metrum disebut juga dengan bahr.

Adapun yang dimaksud dengan taf’ilah satu kesatuan bunyi yang terdiri atas vokal dan konsonan. Jumlah taf’ilah ada 8 yaitu:

فعول، مفاعيل، فاعل، مستفعل، مفاعلة، متفاعل، فاعلاة، مفعولاة

Dalam puisi ini meskipun tidak sepenuhnya mengikuti metrum atau bahr yang telah ditentukan akan tetapi masih mengikuti pola taf’ilah yang ada sehingga puisi ini masih terdengar merdu.

Adapun taf’ilah yang digunakan dalam puisi ini adalah مستفعل yang mana taf’ilah ini muncul disetiap awal bait dari setiap puisi ini. Dan juga menggunakan beberapa taf’ilah yang lain seperti متفاعل yang tercermin pada pertengahan bait pertama, dan juga terlihat adanya taf’ilah فاعل.

Dilihat dari segi diksi yang ada dalam puisi ini, pada bait kedua menggunakan kata yang sama tapi bentuk yang berbeda yaitu kata pada syair brikut: وَانْصَبْ فَإِنَّ لَذِيْذَ العَيْشِ فيِ النَصَبِ. Pengulangn kata juga terdapat pada bait kedua yaitu pengulangan kata yang sama tapi bentuk berbeda yaitu fi’il madi dan fi’il mudhari’: انْ سَالَ طَابَ وَإِنْ لَمْ يَجْرِ لَمْ يَطِبِ, dan juga terdapat pada bait ke empat yaitu:

وَالسَهْمُ لَوْلاَ فِرَاقُ القَوْسِ لَمْ يُصِبِ

#

وَالأُسْدُ لَوْلاَ فِرَاقُ الغَابِ مَاافْتَرَسَتْ

Pengulangan kata yang terdapat dalam syair ini sangat berpengaruh terhadap keindahan dan makna puisi. Pengulangan kata yang ada memiliki daya tarik tersendiri terhadap pembaca. Keterkaitan antar bait juga terlihat yaitu pada akhir bait ke tiga yaitu لَمْ يَطِبِ dengan akhir bait ke empat yaitu لَمْ يُصِبِ.

Selain pengulangan kata dan pemilihan diksi, pada akhir setiap bait pada syair ini diakhiri oleh huruf " ب " yang mana ini membuat puisi semakin indah dibaca. Dan kalau diteliti kembali bahwa akhir dari setiap bait dalam puisi ini mengandung taf’ilah مفاعلة.

C. Gaya Bahasa dalam Puisi التغـرّب.

Dalam syair ini terdapat perumpamaan atau dalam ilmu balagoh dinamakan Tasybih. Pada bait ketiga sampai keenam pengarang mengibaratkan seseorang yang tidak merantau seperti air yang tidak mengalir, singa yang selalu ada dikandangnya, anak panah yang tetap berada dibusurnya, Matahari yang tidak beredar, dan emas yang masih bercampur dengan tanah di dalam bumi. Dan pengarang mengibaratkan seorang yang merantau untuk mencari ilmu, pengalaman dan pengetahuan seperti air yang mengalir, singa yang keluar dari kandangnya untuk mencari mangsa, emas yang sudah dikeluarkan dari bumi atau yang sudah diolah sehingga banyak orang yang menyukainya dan juga seperti matahari yang selalu menyinari manusia dan berputar pada porosnya.

Selain unsur tasybih ada juga unsur balagah yaitu badi’ yangmerupakan katagori الطباق yaitu kata yang berlawanan dalam sebuah kalimat seperti:

انْ سَالَ طَابَ وَإِنْ لَمْ يَجْرِ لَمْ يَطِبِ

D. Interpretasi Puisi التغـرّب.

مِنْ رَاحَةٍ فَدَعِ الأَوْطَانَ وَاغْتَرِبِ

#

مَا فيِ المُقَامِ لِذِيْ عَقْلٍ وَذِيْ أَدَبٍ

Pada bait ini dijelaskan bahwa orang yang berakal dan berpendidikan tidak akan puas dengan ilmu maupun pengalaman yang didapatkan ditempat tinggalnya. Oleh sebab itu penyair menyuruh untuk merantau ke tempat lain atau negara lain selain tempat tinggalnya.

وَانْصَبْ فَإِنَّ لَذِيْذَ العَيْشِ فيِ النَصَبِ

#

سَافِرْ تَجِدْ عِوَضًا عَمَّنْ تُفَارِقُهُ

Pada bait kedua dijelaskan bahwa jika seorang bepergian untuk menuntut ilmu maupun mencari pengalaman baru, maka ia akan mendapatkan pengganti dari apa yang ia tinggalkan baik itu teman, atau seorang yang ia cintai. Penyair juga berpesan bahwa hendaknya seseorang itu bersusah payah untuk mendapatkan sesuatu, karena sesuatu itu tidak akan didapatkan kecuali dengan bersusah payah.

انْ سَالَ طَابَ وَإِنْ لَمْ يَجْرِ لَمْ يَطِبِ

#

إِنِّيْ رَأَيْتُ وُقُوْفَ المَاءِ يُفْسِدُهُ

Pada bait ketiga penyair berkata bahwa air yang tidak mengalir akan rusak dari segi bau maupun rasanya dikarenakan tidak ada pergantian air yang baru, akan tetapi air yang mengalir akan menjadi air yang jernih. Begitu juga dengan seseorang yang hanya menetap di satu tempat maka ia akan rusak dikarenakan ia tidak mengetahui keadaan disekelilingnya maupun berubahan yang ada. Akan tetapi orang yang merantau untuk menuntut ilmu, mencari pengalaman dan pengetahuan yang baru maka keadaannya akan terus berubah ubah, pengetahuan yang ia miliki semakin luas dan ini akan menjadi bekal dalam hidupnya.

وَالسَهْمُ لَوْلاَ فِرَاقُ القَوْسِ لَمْ يُصِبِ

#

وَالأُسْدُ لَوْلاَ فِرَاقُ الغَابِ مَاافْتَرَسَتْ

Pada bait ini dijelaskan bahwa singa yang merupakan raja hutan yang buas tidak akan nampak kebuasannya jika ia tetap tinggal disarangnya. Begitu juga anak panah tidak akan mampu membunuh ataupun melukai jika ia tidak lepas dari busurnya. Seorang juga demikian halnya, apabila ia tidak pernah meninggalkan rumahnya maka ia tidak akan dapat manfaat dari apa yang ia miliki, akan tetapi jika ia keluar dari tempat tinggalnya maka ia akan mendapat manfaat dari orang lain.

لَمَلَّهَا النَاسُ مِنْ عُجْمٍ وَمِنْ عَرَبِ

#

وَالشَمْسُ لَوْ وَقَفَتْ فيِ الفُلْكِ دَايِمَةً

Matahari merupakan bintang yang memiliki cahaya sangat bermanfaat dan dibutuhkan oleh semua orang. Akan tetapi jiakalu matahari itu diam dan tidak bergerak maka semua orang akan bosan. Begitu juga dengan manusia jika ia merupakan orang yang sangat dibutuhkan kemudian ia tidak pergi untuk menuntut ilmu maka orang akan jemu terhadapnya.

وَالعُوْدُ فِي أَرْضِهِ نَوْعٌ مِنَ الحَطَبِ

#

وَالتِبْرُ كَالتُرْبِ مُلْقًى فيِ أَمَاكِنِهِ

Emas yang harganya mahal dan banyak disukai orang, tidak akan berarti jika masih bercampur di dalam bumi. Begitu juga dengan kayu gaharu yang harum jika bercampur dengan beberapa kayu maka baunya tidak akan nampak. Akan tetapi baunya akan nampak jika sudah dibakar. Sama halnya dengan manusia, jika ia hanya diam ditempat tinggalnya maka kedudukannya sama dengan manusia pada umumnya yang ada di tempat itu yang tidak memiliki pengalaman, pengetahuan dan keistimewaan. Akan tetapi jika ia keluar mencari ilmu, pengalaman, dan bersusah payah maka ia akan memilikipengetahuan, pengalaman dan ilu yang kemudian dapat bermanfaat bagi orang yang ada disekitarnya.

III.PENUTUP

A. Simpulan

Syair yang berjudul التغـرّب karya Imam Syafi’i menerangkan bagaimana pentingnya merantau dan berjuang untuk mencari pengalaman, pengetahuan maupun ilmu. Hal ini telah dijelaskan dalam syair yang sudah ada. Analisis struktural dalam puisi ini bertujuan untuk mengungkapkan isi instrinsik puisi. Dan hasil dari analisis ini ialah puisi karya Imam Sayafi’i apabila dilihat dari bunyi yang ada maka puisi ini menggunakan taf’ilah مستفعل , متفاعل , فاعل. Dan kalau dilihat dari segi diksi yang digunakan ada beberapa pengulanagn kata yang sama akan tetapi dalam bentuk yang berbeda dan ini menyebabkan keindahan dalam puisi ini nampak jelas.

Dari segi gaya bahasa telah tampak jelas bahwa gaya bahasa yang digunakan dalam puisi ini adalah Tasybih yang dimana ini tertera dalam bait ketiga sampai keenam. Selain unsur tasybih ada juga unsur badi’.

Interpretasi dalam puisi ini adalah pengarang mencoba untuk menyempaikan pesan kepada para pembaca betapa pentingnya keluar dari kampung halaman ataupun negara untuk pergi merantau menuntut ilmu ataupun mencari pengalaman sehingga wawasan yang ada akan semakin bertambah.

B. Saran

Analisis struktural suatu puisi perlu dilaukan secara terus menerus supaya mendapatkan hasil yang maksimal. Banyaknya bait puisi yang akan dianalisis sangat berpengaruh kepada hasil analisis. Semakin banyak puisi yang di analisis maka interpretasi maupun analisis strukturalnya akan semakin banyak dan maksimal.

Daftar Rujukan

Al-Hamid, dkk. tt. Silsilatu Ta’limi Al-Lugati Al-Arabiyyati. Riadh: Al-Jami’atu

Bisri, Adib dan Munawwir AF. 1999. Kamus Al-Bisri Arab-Indonesia Indonesia-Arab. Surabaya: Pustaka progressif.

Huda, I.S. dkk. 2008. Telaah prosa. Malang: universitas negeri malang.

Nova, A.D. 2008. Analisis Struktural Puisi Arab Karya Hasan Bin Tsabit. Skripsi tidak diterbitkan. Medan: Universitas Sumatra Utara

Ratna, Nyoman Kutha. 2003. Pradigma Sosiologi Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

1 komentar:

Silahkan Tinggalkan Komentar Anda Disini

POSTINGAN TERBARU

FILSAFAT SAINS ISLAM (Studi Pemikiran Naquib AL-Attas)

FILSAFAT SAINS ISLAM Studi Pemikiran Naquib AL-Attas   Abstrak : Dewasa ini sains dikuasai oleh orang-orang barat. Hal ini tidak bisa d...