Senin, 06 Juni 2011

ASIMILASI DALAM BAHASA ARAB

ASIMILASI

A. Pengertian Asimilasi

Dalam kajian ilmu ashwat (fonologi) istilah asimilasi biasa disebut mumastalah. Berikut akan dipaparkan beberapa definisi asimilasi yang dikemukakan oleh para ahli:

1. Menurut Laver (1994), asimilasi adalah saling berpengaruhnya antar bunyi mengakibatkan ciri-ciri bunyi yang dipengaruhi menjadi berubah untuk menyesuaikan dengan bunyi yang mempengaruhi, dan pengaruh itu dapat trerjadi antar segmen dalam suatu kata antar komponen akhir syatu kata dan komponen awal yang mengikutinya.

2. Menurut Umar (1985) asimilasi adalah:

التعديلات التكيفية للصوت بسبب مجاورته لأصوات أخرى

“Asimilasi adalah perubahan bunyi bahasa karena bersanding dengan bunyi lainnya (adaptasi bunyi terhadap lingkungannya).”

3. Menurut imam sibawaih (dalam abul fath, 1985)

“Peristiwa saling mempengaruhi antara bunyi satu dan lainnya yang berdampingan.”

Dari definisi yang telah dikemukakan oleh para linguis, dapat disimpulkan bahwa asimilasi adalah proses suatu bunyi mempengaruhi bunyi lain yang berdampingan sehingga bunyi yang dipengaruhi menjadi sama atau hamper sama dengan bunyi yang mempengaruhi.

Asimilasi sebagai salah satu proses morfonemis merupakan gejala umum yang terjadi pada bahasa-bahasa. Dalam bahasa Arab, asimilasi merupakan salah satu peristiwa bahasa yang dapat ditinjau secara morfologis dan fonologis. Oleh sebab itu, asimilasi dalam bahasa arab lebih tepat menjadi bahasan morfofonemik.

B. Macam-Macam Bentuk Asimilasi

Menurut Abercrombie (1974: 133-139) asimilasi dapat terjadi berdasarkan tiga factor: getaran fita suara, pergerakan velum, perpindahan dairah artikulasi. Asimilasi yang berdasarkan getaran pita suara dapat mengakibatkan bunyi tak bersuara (mahmus) menjadi bersuara (majhur) atau sebalikanya, seperti:

يا أيها المدثر

Dari contoh di atas terdapat asimilasi /t/ dengan /d/, tapi selain perubahan /t/ menjadi /d/ dalam proses tersebut juga terjadi pelesapan vocal. Jadi peroses asimilasi tersebut sebagai berikut: [al-mutadaθθir]→[al-mutdaθθir]→[al-muddadaθθir].

Asimilasi yang melibatkan pergerakan velum akan mengakibatkan bunyi non-nasal menjadi berciri nasal, contoh

1) من بعد

2) منبع

Pada kedua contoh di atas /b/ yang asalnya berciri non-nasal menjadi berciri nasal karena terpengaruh oleh /n/.

Asimilasi yang berdasarkan artikulator atau dairah artikulasi akan mengakibatkan suatu bunyi berubah menjadi bunyi lain yang berdekatan dairah artikulasinya. Dari segi bentuknya, Schane (1992) mengemukakan bahwa proses asimilasi dapat terjadi dalam empat kemungkinan yaitu

1. Konsonan berasimilasi dengan ciri-ciri vokal

2. Vokal berasimilasi dengan ciri-ciri konsonan

3. Konsonan berasimilasi dengan ciri-ciri konsonan

4. Vokal berasimilasi dengan ciri-ciri vokal

Bentuk asimilasi yang kedua yaitu vokal berasimilasi dengan ciri-ciri konsonan banyak terdapat dalam bahasa Arab. Coba bandingkan fonem /a/ pada kata-kata yang berpasangan minimal berikut.

كال ka:la [ka:la] “menakar” vs قال qa:la [qα:la] “berkata”

دلّ dalla [dalla] “menunjukan vs ضلّ dalla [dαlla] “tersesat”

C. Asimilasi Fonetis dan Asimilasi Fonemis

Sebagai gejala fonolologis, asimilasi bisa bersifat fonetis dan fonemis. Verhaar (1996: 78-83) mengatakan bahwa asimilasi fonetis tidak mengubah status fonem bunyi yang dipengaruhi, sedang asimilasi fonemis mengubah fonem tertentu menjadi fonem lain. Contoh, dalam bahsa belanda kata zakdoek ‘sapu tangan’ kata majmuk yang terdiri atas zak ‘kantong’ dan doek ‘kain’, [k] yang tak bersuara berubah menjadi [g] bersuara karena pengaruh bunyi [d] pada kata doek. Dan asimilasi ini merupakan asimilasi fonetis, karena tidak ada perubahan fonem.

Verhaar (1996:79) menekankan bahwa asimilasi fonemis hanya berlaku untuk bahasa tertentu saja. Untuk menjelaskan hal itu ia membedakan asimilasi fonemis menjadi tiga jenis: asimilasi progresif, regresif, dan timbal balik.

D. Asimilasi Dalam Bahasa Arab

Anis (1979: 178-190) mengemukakan bahwa bahasa arab dalam perkembangannya menjadi berbagai dialek mempunyai kecendrungan yang cukup besar terhadap peristiwa asimilasi.

1. Asimilasi berdasarkan alur artikulasi

Berdasarkan urutan atau alur bunyi yang mempengaruhi asimilasi dalam bahasa Arab dibagi menjadi dua, yaitu

a. Asimilasi progresif adalah proses berpengaruhnya sebuah bunyi pada bunyi sesudahnya, seperti ازدهر berasal dari ازتهر , dimana bunyi tak bersuara /t/ merubah menjadi bersuara /d/ karena terpengaruh oleh sifat bunyi /z/ yang bersuara.

b. Asimilasi regresif adalah proses berpengaruhnya sebuah bunyi pada bunyi sebelumnya, seperti ال+سلام menjadi السّلام dimana konsonan alveolar lateral /l/ dipengruhi oleh bunyi alveolar frikatif /s/. dalam hal ini syahin (1982) menegaskan bahwa asimilasi regresif dalam bahasa Arab lebih produktif dari asimilasi progresif.

2. Asimilasi berdasarkan kualitas pengaruhnya

Berdasarkan kualitas pengaruh suatu bunyi pada bunyi lain yang dipengaruhi asimilasi dalam bahasa arab dibagi menjadi dua, yaitu

a. Jika pengarunya menyeluruh, maka disebut asimilasi komplit, seperti من+ما menjadi ممّا dimana konsonan /n/ lebur menjadi /m/. asimilasi ini dalam bahsa arab disebut ادغام.

b. Jika pengaruhnya sebagian, maka disebut asimilasi parsial, seperti ان+قطع menjadi انقطع.

Umar (1985) mengemukakan bahwa asimilasi dalam bahasa Arab dapat ditinjau dari lima aspek, yaitu

a. Asimilasi berdasarkan alur pengaruh antar bunyi

b. Asimilasi lansung atau tidaknya bunyi yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi.

c. Asimilasi berdasarkan kualitas pengaruh antar bunyi.

d. Asimilasi berdasarkan sifat bunyi.

e. Asimilasi berdasarkan dairah atau cara artikulasi

3. Asimilasi pada al-ta’rif (ال)

para pakar fonologi bahasa Arab telah membagi al menjadi dua katagori, yakni ال الشمسية dan ال القمرية. ال الشمسية berlaku ketika bertemu dengan 13 fonem berikut yaitu: /ت/, /ث /, /د/, /ذ/, /ر/, /ز/, /س/, /ش/, /ص/, /ض/, /ط/, /ظ/, /ن/. Dan ال القمرية belaku ketika bertemu 15 fonem berikut: /ء/, /ب/, /ج/, /ح/, /خ/, /ع/, /غ/, /ف/, /ق/, /ك/, /ل/, /م/, /هـ/, /و/, /ي/. contoh ال الشمسيةyaitu: التّين، الثواب، الدّار، السّور، الزيت dan contoh ال القمرية yaitu: الجار، الخير, القلم.

4. Hubungan antara asimilasi dan إدغام.

Abduttawwab (1982) mengatakan bahwa antara asimilasi dan adγam di samping ada beberapa kesamaan juga ada perbedaan. Persamaan dan perbedaan dapat dilihat pada contoh di bawah ini.

1. آمنّاآمن+نا

2. ادتعى←ادّعى

3. اضتجع←اضطجع

Pada contoh kata آمنّا termasuk asimilasi, dan pada kata ادّعىmenurut Abduttawwab termasuk asimilasi dan adγam, sedangkan pada contoh nomor tiga termasuk asimilasi.

RUJUKAN

Kholisin, dan yusuf. 2005. Buku ajar fonologi bahasa arab, malang

Kholisin, 2005. Pola Asimilasi dalam Bahasa Arab: Kajian Morfofonemis Asimilasi dalam Al-Qur’an, Malang

2 komentar:

  1. assalamualaikum.
    terima kasih atas pengetajhuannya, tulisan ini sangat bermanfaat dan sangat bagus

    BalasHapus
  2. assalamualaikum
    terima kasih atas pengetahuannya. karya tulis ini sangat bermanfaat dan sangat bagus

    BalasHapus

Silahkan Tinggalkan Komentar Anda Disini

POSTINGAN TERBARU

FILSAFAT SAINS ISLAM (Studi Pemikiran Naquib AL-Attas)

FILSAFAT SAINS ISLAM Studi Pemikiran Naquib AL-Attas   Abstrak : Dewasa ini sains dikuasai oleh orang-orang barat. Hal ini tidak bisa d...